chapter terakhirr.. yeayy..
Naahh.. habis chapter ini aku mau mempublishkan fanfic buatanku.. ada yang rela membaca beserta komentar ? (nggak akan ada Vin...)
Arrogant
Snow White –end-
Title:
Arrogant Snow White
Author:
Lyeolate
Cast: Woohyun
+ Sunggyu (Woogyu Couple) + Hoya + Dongwoo
>>>>>>>>>>>>>
“cepat
bawa ke UGD! Lukanya cukup serius!” teriak salah satu petugas medis gawa
darurat di rumah sakit. Aku terus mengiringnya hingga salah satu perawat
menghentikan tindakanku.
“maaf...
anda tidak bisa masuk” ujar perawat itu sembari mendorong tubuhku.
Aku
hanya bisa menangis karena takut terjadi apa-apa padanya. aku duduk dengan
gusar dan segera memberitahu Hoya tentang kejadian ini. Hoya tidak membalas
sms-ku dan itu makin membuatku gelisah.
“apa
ada keluarga dari pemuda tadi?” tanya dokter yang tiba-tiba keluar dari ruang
UGD. Aku yang mendengarnya segera menghampiri dokter tersebut.
“aku
pa.. maksudku.. aku temannya..” kataku.
“apa
keluarganya akan segera datang?” tanya dokter itu
“aku
sedang berusaha menghubungi mereka.. ah, apa Sunggyu baik-baik saja?” tanyaku
dengan paksa.
“dia
dapat 50 jahitan dikepalanya dan kini masih belum sadar. Kami akan
memindahkannya diruang rawat inap sampai orangtua dia datang” jawab Dokter itu.
50 jahitan??
Dan dia belum sadar? Ya tuhan.. ada apa dengannya! Apa ini salahku? Aku begitu
mencemaskannya hingga nafasku tidak bisa berhembus secara wajar. Woohyun kau
bodoh! Seharusnya kau melakukan sesuatu disaat seperti ini! Aihhh pabo! Pabo!
Ruang
120
KIM
SUNGGYU apa kau bisa bangun sekarang? Aku tidak tega melihatmu begini. Kenapa
kau melompat dari gedung? Apa yang sebenarnya terjadi? Kumohon bicaralah
padaku..
Aku
mengelus-elus pipinya yang mulus dan putih itu. Bibirnya tampak pucat tak semerah
yang dulu. Matanya masih terpejam sedangkan aku tetap menantinya membuka
matanya. Ahh.. aku meremas tangannya dan menciumi tangannya. Sunggyu..
sadarlah.. ceritakan sesuatu.
Aku
mengecup lembut bibirnya. Aku berharap dia terbangun seperti SNOW WHITE yang
bangun dari tidurnya saat dikecup sang pangeran.
Yakk!
Bangunlah!
Aku
terus mengecup bibirnya hingga ia sadar. Aku merasa putus asa karena ia belum
sadar-sadar.
Brakk!
Tiba-tiba
pintu kamar ruang sakit terbuka dan aku melihat orangtua Sunggyu datang dengan
tiba-tiba. Wajah mereka tampak geram dan mereka dengan paksa segera mengangkut
tubuh Sunggyu.
“dia
belum sembuh!” seru ku sambil menahan Ayah Sunggyu yang berusaha mengangkut
Sunggyu.
“diam
kau!” Ayah Sunggyu segera menepis tangannya dan aku pun tersungkur kelantai.
Ibu Sunggyu tampak terisak melihat anaknya yang terkulai dengan perban melilit
dikepalanya. Aku tidak bisa melawan karena Orangtua Sunggyu sudah membawanya
keluar dari rumah sakit. Ya tuhan... kuharap dia baik-baik saja.
Begitu
aku melihat Ayah sunggyu memasukkan Sunggyu kedalam mobil aku segera berlari
mengejarnya. Tapi sayangnya aku gagal dan aku kehilangan Sunggyu disaat-saat
seperti ini.
“Sunggyu!!”
teriakku begitu Mobilnya melaju kencang.
Ini
sudah 3 hari tapi bangku Sunggyu tampak kosong. Aku melirik ke arah Chorong
yang dari kemarin murung dan masam. Ia melirikku dan kemudian membuang
wajahnya. Huh, menyebalkan!
“Mana
Sunggyu?” tanya Hoya padaku begitu ia tidak menyadari keberadaan Sunggyu.
“molla..”
jawabku singkat.
“kau
tidak menghubunginya? Dua hari lagi kita tampil!” ujar Hoya panik.
“aku
sudah berusaha menelponnya, mengirim sms tapi sama sekali tidak ada jawaban”
kataku sambil mengutak-atik handphone-ku.
“dia
sudah mati!” tiba-tiba Chorong menimpali.
Aku
melirik kearahnya dan menatapnya tajam.
“MWORAGO?”
ketusku dengan sinis.
“penipu!
Bangsawan miskin itu sudah mati!” teriak Chorong sambil pergi keluar kelas. Aku
dan Hoya saling pandang-pandangan karena ucapan kasar Chorong.
Aku
geram dan segera menyusul Chorong keluar kelas. Begitu aku mendapatkannya ada
didepan ruang Olahraga.
“Chorong!”
aku memanggilnya lantang. Chorong seketika menoleh kearahku. Kemudian ia
mencibir begitu melihat aku yang memanggilnya. Karena kesal aku menarik
pundaknya dan itu membuatnya hampir jatuh tersungkur kebelakang.
“kyaa..”
teriaknya yang hampir jatuh.
“kau
bilang apa tadi dikelas? Bangsawan miskin? Penipu?”
“ahh..
aku lupa satu kata lagi! Bangsawan IDIOT” ketus Chorong sambil memelototiku.
“bakk!”
Aku
yang emosi mendorong tubuhnya hingga tertabrak loker di ruang olah raga. Ia
merintih kesakitan sembari memegangi punggungnya.
“aku
senang kau bilang begitu.. itu tandanya.. Sunggyu tidak jadi menikah denganmu
kan?” kataku puas melihatnya tersungkur kebawah.
“ya!
itu karena dia bangsawan yang sudah melarat! Penipu! Dia menguras hartaku!”
umpat Chorong sambil berusaha berdiri.
“sekali
lagi kau mengatakan itu.. aku tidak sungkan-sungkan mengganti bola basket
dengan kepalamu dan memasukkannya kedalam ring! Dengar itu” cetusku sambil
meninggalkannya.
Sepeninggalannya
aku tersenyum. Itu berarti Sunggyu tidak jadi menikah?? Ahhh untung
saja.. aku melirik cincinku dan kemudian menciuminya.
“Sunggyu-ah..
tunggu aku”
Aku
berdiri didepan rumahnya yang besar itu. Tampak rumah itu sangat sepi dan
seperti tidak ada penghuninya. Aku mengintip dari sela-sela gerbang dan tidak
menemukan akan adanya tanda-tanda kehidupan disana. Karena penasaran aku nekat
memanjat pagar yang memiliki tinggi 5 meter tersebut.
Sraakkkk
Aku
mendarat dengan mulus di rerumpunan. Aku segera berdiri dan menyibak celanaku
yang terkena rumput yang kering. Dengan mantap aku menyelinap masuk dan
berjalan ke halaman belakang.
PRAANGG!!!
Tampak terdengar suara keramik yang pecah dan itu terus terdengar berulang
kali. Aku segera bersembunyi di balik dinding begitu aku melihat ada ibu
Sunggyu didekat jendela besar. Aku mengintip sedikit dan aku melihat Ibu
Sunggyu yang sedang menangis-nangis. Tampak Ayah Sunggyu yang hanya diam
melamuni sesuatu.
“ada
apa ini?” kataku dalam hati.
“Umma!
Izinkan aku sekolah!” tiba-tiba terdengar suara teriakan Sunggyu. Aku segera
mengintip lagi dan aku melihat Sunggyu sedang turun dari tangga.
“TIDAK
BISA! Kau tidak malu dengan Chorong yang tidak jadi menikah denganmu?” teriak
Ibu Sunggyu.
“untuk
apa aku malu?? Aku memang tidak suka dengannya!” sentak Sunggyu.
“kau
dihukum, nak! Kau tidak boleh keluar rumah sampai keluarga Park memaafkan
ulahmu! Kau pasti mengarang cerita itu kan??” kini Ayahnya angkat bicara.
“aku
tidak mengarang cerita!!” Sunggyu terdengar sangat marah. Aku begitu
mengkhawatirkannya.
“hhuhuhuhuhuhu...
kenapa kau bodoh sekali..” isak Ibu Sunggyu sambil menyeka airmatanya dengan
tisu.
“maafkan
aku umma.. aku memang hamil”
JDEERR!
Aku
bengong saat Sunggyu mengatakan “maafkan aku umma.. aku memang hamil”.
Tiba-tiba aku merasa pusing dan lututku lemas. Aku menyandar dinding dan begitu
shock mendengarnya.
“Kau
tidak hamil! Kau tidak hamil!” terdengar lagi suara teriakan dari Ibu Sunggyu.
“kau
harus menerima kenyataan! Aku memang Hamil dan Woohyun akan bertanggung jawab!”
“mwo??
Aku??” Aku tambah lemas mendengar ucapannya. Perlahan-lahan aku berjalan dan
mencoba pergi dari rumah ini. Aku butuh udara segar untuk menenangkan diri. Aku
gelisah saat mengetahui kalau Sunggyu hamil gara-gara aku. Mana bisa?
....
Sudah
berpuluh-puluh channel aku ganti sambil terlentang di lantai tak berdaya. Tidak
ada acara tv yang menghiburku sama sekali. Umma ku begitu aneh melihat anaknya
yang seperti orang koma terkapar dilantai.
“Woohyun-ah..
makan dulu..” kata ibuku manis. aku segera mendongakkan kepalaku dan melihat
Ibuku sedang menyiapkan makanan.
“kau
terlihat lelah sekali.. pasti banyak projek karena kau mau menuju kelulusan
kan?” kata ibuku berusaha membuatku nyaman. Aku segera bangkit dari tidurku dan
duduk di meja makan.
Aku
yakin ibuku merasa heran karena tingkahku yang seperti orang gelisah.
“ceritakan
saja sesuatu..” ujar ibu sambil memberikanku lauk.
“mana
appa? Juga Dongwoo-hyung?” tanyaku penasaran.
“mereka
sedang ke rumah bibi karena ada keperluan. Jadi kita makan duluan saja, umma
sudah siapkan untuk appa mu dan juga Dongwoo”
Aku
mengangguk begitu mendengar penjelasannya. Dalam benakku, aku ingin cerita soal
Sunggyu tapi aku takut umma shock begitu mendengarnya.
“umma..
menurut umma.. jika.. emm.. ada anak umma yang menikah diusia muda, apa umma
setuju?” tanyaku grogi.
“wae?
Kamu mau menikah?” ummaku malah balik bertanya.
“aniyo..
aku cuman tanya. Hoya minta pendapatku, apa menikah muda itu bagus atau
tidak..” kataku beralasan dengan berpura-pura aku membicarakan soal Hoya.
“dasar
Hoya.. dia memang pantas untuk menikah sekarang. Jika anak umma ada yang ingin
menikah di usia muda, apa salahnya? Menikah adalah perbuatan mulia” guman
Ummaku sambil tersenyum.
“kalau..
seandainya.. anak umma menghamili duluan pacarnya?” tanyaku dengan wajah bodoh.
Sudah kutebak wajah Umma akan berubah 100 derajat karena mendengar pertanyaanku
yang aneh.
“umma
bangga punya anak yang mau bertanggung jawab untuk menikahi pacarnya karena
anak umma yang sudah menghamilinya” tiba-tiba Umma menjawab seperti itu, aku
terdiam dan menceran omongannya.
“sungguh,
umma?” tanyaku meyakinkan. Umma hanya menganggukkan kepalanya.
“umma..
sebenarnya..” aku berusaha jujur meskipun sebenarnya aku belum mengetahui
langsung dari Sunggyu.
“aku..
aku... seperti itu..” ungkapku malu-malu. Aku segera menundukkan wajahku tidak
tega melihat ekspresi ibuku. Aku mengintip dari pandanganku dan kulihat
wajahnya yang seperti sangat kecewa. Ia berusaha tegar sambil memegang dadanya.
“kau
mau bertanggung jawab, eo?” tanya Umma memastikan.
“ne..”
jawabku pelan.
Umma
segera bangkit dari duduknya dan menghampiriku. Aku tersentak kaget karena ia
segera memelukku.
“kau
memang harus begitu.. “ bisiknya padaku. aku membalas pelukannya.
Terima
kasih umma..
Hari H
untuk pentas drama sudah dimulai. Semua tampak sibuk bersiap-siap dan
menyiapkan segala properti. Aku melirik jam tanganku dan pentas akan dimulai 10
menit lagi. Aku mengintip dari balik tirai. Begitu banyak para orangtua yang
datang untuk menonton. Tiba-tiba saja perutku mual. Aku segera pergi ke ruang
rias. Tampak semuanya panik karena sang putri SNOW WHITE alias Sunggyu tidak
hadir disaat-saat seperti ini.
“waeyo??
Waeyo?? Kenapa SNOW WHITE tidak datang-datang??” panik Jisun-nim yang sibuk
dengan handphone-nya berusaha menghubungi Sunggyu.
“sudah
lima hari dia absen di sekolah.. kami juga sulit menghubunginya..” ujar salah
satu dari kami.
“Ahh..
kau, Woohyun! kau pasti tahu kan Sunggyu ada dimana??” tiba-tiba Hoya
menghampiriku. Ia tampak lucu dengan kostum pohonnya.
Aku
terdiam.. aku sendiri sedang panik dengan perasaanku. Aku segera mengeluarkan
handphone-ku dan memasukkan dial nomor Sunggyu.
“aku
coba dulu menghubunginya..” ujarku pelan.
.....
“tidak
diangkat..” kataku yang segera mencoba mengirim pesan. Namun, pesan yang
kukirim ternyata gagal.
“kenapa
kau santai sekali?? Aish,, seharusnya dia bilang kalau tidak bisa hadir” gerutu
Hoya.
“jadi...
kita terpaksa mengganti perannya” tiba-tiba Jisun-nim memutuskan. Kami semua
terperanjat.
“tapi..
SNOW WHITE berperan paling banyak di drama ini. Kita sulit melakukannya kalau
belum latihan..” aku segera menyela keputusan Jisun-nim.
“mau
bagaimana lagi?? Apa disini ada yang bisa menggantikan peran SNOW WHITE? Kalian
pasti berlatih bersama jadi pasti ada yang hafal..” tanya Jisun-nim sembari
melebarkan pandangannya. Kami semua terdiam.
“aku
saja..” tiba-tiba Chorong keluar dari ruang ganti.
“apa??”
spontanku tak percaya.
“kau
hafal? Baiklah.. ayo kita mulai!” Jisun-nim segera menyudahi brieffing ini.
“jangan
coba-coba..” aku menatap tajam Chorong.
“haha..
Sunggyu pasti akan sangat marah melihatmu menciumku” ledek Chorong sambil
menjulurkan lidahnya.
“yakk..
sehabis ini kau pasti mati!” ancamku sambil menunjuk kearahnya. Chorong hanya
mencibirku dengan puas.
Aku
benar-benar kesal! Kenapa sekarang si perempuan payah itu menggantikan Sunggyu?
Aku tidak mau menciumnya meski hanya drama! Aish sialan!
“MAAF
apa aku terlambat??”
Semua
anak-anak yang sedang menunggu untuk tampil seketika terkejut melihat Sunggyu
datang.
“ya
tuhann..... kau datang? Syukurlah! Cepat ganti bajumu” teriak Jisun-nim senang.
Sunggyu segera mengambil bajunya dan dia pun keruang ganti.
Hatiku
begitu nyaman melihatnya datang disaat-saat seperti ini. Aku segera melirik
kearah Chorong. Tampak wajah Chorong shock melihat Sunggyu datang.
“rasakan!”
umpatku kesal. Aku gantian mencibir kearahnya.
Aku
sengaja menunggu Sunggyu sedang mengganti pakaian. Saat tirai ruang ganti
pakaian terbuka, seketika itu juga Sunggyu keluar menggunakan gaun SNOW WHITE.
Ia mengenakan rambut palsu panjang dan itu benar-benar membuatnya CANTIK. Aku
menganga melihatnya mengenakan gaun itu. Sunggyu tampak memperhatikanku
kemudian ia pergi melewatiku tanpa menyapaku sedikit pun.
Kenapa
dia??
...
“baiklah
para hadirin.. sebentar lagi drama SNOW WHITE akan segera dimulai..”
Terdengar
tepukan tangan yang riuh mengiringi tirai yang terbuka secara otomatis. Drama
SNOW WHITE dimulai dan berjalan dengan lancar. Sunggyu keluar dan memainkan
adegan pertamanya saat sedang jalan-jalan ditaman. Semua penonton tampak
terpesona dengan ‘kecantikan’ Sunggyu. Ia mampu memainkan perannya secara
formal, mungkin bawaan karena dia seorang bangsawan. Lalu adegan-adegan
berikutnya pun terus berlanjut.
Aku
memegang dadaku karena adegan terakhir akan segera aku mainkan! Aku mengintip
dari belakang panggung dan aku sudah melihat Sunggyu sudah tidur diatas tempat
tidur dengan dikelilingi para kurcaci.
“cepat
keluar!” Jisun-Nim mendorongku dan aku pun segera muncul dipanggung. Aku
melihat orangtuaku dan Dongwoo melambaikan tangan kearahku memberi semangat.
Aku pun segera menghampiri Sunggyu.
“pangeran!
SNOW WHITE kini sudah meninggal karena apel pemberian dari nenek sihir yang
datang kemari.. huhu..” ujar kurcaci merah dengan aktingnya yang memukau.
“sayang
sekali.. padahal aku berencana untuk menjadikkan istriku” kataku yang segera
berdiri disamping Sunggyu.
“kini
SNOW WHITE sudah tiada dan kami akan kehilangan seseorang yang kami
sayangi..huhuhu” ujar kurcaci yang lainnya.
“aku
akan memberikan ciuman pertama dan terakhir untuknya. Karena aku begitu
menyesal terlambat menjadikannya sebagai istriku...” ujarku pelan. Aku segera
menggenggam tangannya.
“aku
menyesal tidak melakukan apa-apa saat dia mengharapkanku. Aku tidak akan
mengingkari janjiku padanya kalau aku akan menikahinya. Cincin ini sudah
melingkar nyaman dijariku. Aku akan menikahinya dalam keadaan apapun.. dan aku
akan.. bertanggung jawab. Kita pasti akan menempuh hidup baru yang lebih baik
untuk kita berdua. Aku mencintaimu..”
Semua
pemain bingung mendengar dialog ku. ya, dialog itu bukan dari naskah drama. Aku
mengatakan itu semua dari hatiku yang paling dalam tentang Sunggyu. Aku
menatapnya meski matanya masih tertutup, kemudian aku segera mencium lembut
bibirnya. Semua penonton tampak terharu melihat caraku menciumnya. Ya.. entah
kenapa Sunggyu menangis saat aku menciumnya.
Sunggyu
terbangun. Ia tampak menatapku dalam, kemudian ia segera bangun dari tidurnya.
“Putri
SNOW WHITE sadar!!! Horee..” semua kurcaci bahagia termasuk aku. Sunggyu masih
belum bisa melepas pandangannya.
“terima
kasih pangeran.. kau sudah mau menerimaku apa adanya.. “ kata Sunggyu tidak
sesuai dialog. Para pemain kembali bingung dengan dialog yang kami ucapkan. Aku
tersenyum dan segera memeluknya erat. Sunggyu.. saranghaeyo!
“akhirnya
SNOW WHITE dan pangeran menikah dan hidup bahagia selamanya..”
Tepukan
tangan bergemuruh tanda sangat menyukai drama kami. Yay! Kami sukses!!
Aku
melihat kearah ummaku yang sedang menunjuk kearah Sunggyu. Appa tampak terdiam
dan hanya mengangguk-angguk. Semoga tidak ada apa-apa..
Dibelakang
panggung..
“KEREN!!!
Meskipun kau lupa dialog tapi kau bisa menggantikan kata-katanya dengan baik!”
puji Hoya. Dalam hatiku sebenarnya aku bukan lupa, tapi aku memang mau
menyatakan itu ke Sunggyu.
“hahaah..
ya.. kau juga, aktingmu bagus sekali. Bisa tahan ya kau berdiri dari awal
sampai akhir!” aku meledekknya gantian. Hoya tertawa dan kemudian dia
memelukku.
“CHUKKAE”
seru Hoya.
“Woohyun-ah!”
tiba-tiba umma memanggilku. Tampak Appa dan Dongwoo-hyung juga ada disitu.
“bagaimana?
Peranku baguskan?” kataku mengawali pembicaraan. Semua tampak tersenyum dan
mengangguk.
“umma
sudah cerita pada semuanya..” bisik Umma padaku. aku segera melirik kearah Appa
dan Dongwoo-hyung.
“appa...”
“tidak
apa-apa nak.. ini hidupmu berarti ini pilihanmu juga” ujar Ayahku sambil
memelukku. Aku membalas pelukkan.
“appa..
terima kasih..”
“yah..
aku diloncatin, deh” keluh Dongwoo-hyung. Kami semua tertawa bahagia dan kami
pun berpelukan.
Begitu
acara benar-benar usai. Aku mencari Sunggyu tapi belum menemukannya juga.
“kemana
anak itu...” ujarku sambil menggaruk-garuk kepala. Aku melihat dari luar
jendela dan aku menemukan seseorang yang sedang aku cari,
“hmmm..
ternyata seperti biasa.. dia di kolam”
Aku
berjalan pelan-pelan menghampirinya. Sunggyu tampak tidak sadar jika ada aku
dibelakangnya.
“Woohyun-ah”
tiba-tiba Sunggyu memanggilku. Aku tersentak kaget karena ia menyadari
keberadaanku.
“ada
apa? Kenapa kau melamun lagi?” tanyaku yang segera duduk disampingnya.
“sedang
mencari kata-kata yang tepat untuk disampaikan padamu..” ungkap Sunggyu tanpa
memandang wajahku sedikitpun.
“wae?
Kau mulai lagi..” gerutuku sambil mengatupkan bibirku.
Kami
berdua diam-diaman. Aku merasa canggung kalau dia begini lagi. Apa karena efek
mengandung? #eh
“aku
boleh tanya sesuatu?” tanyaku padanya. sunggyu segera menoleh kearahku tanpa
menjawab pertanyaanku.
“malam
itu.. saat kau terjatuh dari gedung. Kenapa kau melakukannya?”
Sunggyu
terdiam. Kemudian, ia menyunggingkan senyumnya.
“mianhae
jika membuatmu kahwatir.. aku harap arwah pembawa sial yang dipercayai
sungje-nim itu bukan tahayul..” ungkapnya sambil tersenyum. Aku membelalakan
matanya bingung mendengar ucapannya. Dia percaya tahayul konyol itu??
“maksudmu..?”
aku masih belum mengerti.
“ya,
kalian bilang kalau kesialan akan menimpa pada seseorang yang melihat anak
murid jatuh dari lantai 3.. aku sengaja menyuruhmu menunggu di gerbang dan
membiarkan hanya Chorong yang menyaksikanku jatuh.. aku harap dia ketimpa sial,
yaitu tidak jadi menikah denganku.. hehe” ujarnya polos. Kini aku melihat
kepolosan diwajahnya lagi, bahkan ia sempat cengengesan.
PLETAK!
Aku
memukul kepalanya pelan karena gemas dengan tindak bodohnya itu.
“apa
maksudmu, hah?? Mana ada yang begituan?? Itu konyol! Kau hampir mati gara-gara
percaya hal itu!!!” sentakku yang sangat kahwatir. tampak bibir Sunggyu
menggetar karena ketakutan. Ya, aku berbicara terlalu keras padanya. tapi mau
bagaimana lagi? Dia bertindak bodoh!
“..huhhh..
maaf Sunggyu.. aku hanya kahwatir soal ini.. asih” kataku berusaha membuat
Sunggyu nyaman. Aku melirik kearahnya. Dia tampak diam lagi sambil
mengusap-usap keningnya yang sepertinya baru sembuh.
“sakit
ya? mianhae..” aku segera mengelus keningnya. Sunggyu segera memeluk tubuhku
begitu aku sedang mengelus keningnya.
“aahh
iya!” aku teringat sesuatu dan mengeluarkan Apel Merah California dari saku
jaketku.
“taraaa...
aku membawakan ini untukmu!” senangku sambil menyerahkan apel itu padanya.
sunggyu segera bangkit dari duduknya.
“MWO?
Aku maunya APEL FUJI! Aku bosan dengan Apel Merah California!” umpatnya sambil
berlalu dariku. Aku bingung melihat tingkahnya.
“kenapa??
Hei?” aku segera menarik lengannya.
“aku
trauma.. itu pasti.. “
“bu,
bukan! Sungguh! Aku tidak mungkin mencelupkan ini ke air kloset! Aishh.. untuk
bayi diperutmu.. kau butuh banyak vitamin..” ujarku sedikit malu. Sunggyu
terbelalak mendengar ucapanku.
“Woohyun...
kau tahu soal itu? Aku baru saja mau memberitahumu.. tapi aku takut kau
meninggalkanku...huhu” Sunggyu meneteskan airmatanya. Aku merasa serba salah
mielihatnya.
“ja,
jangan menangis seperti itu! Aku.. aku sudah pernah bilang kan? aku akan
menikahimu..orangtuaku sudah setuju, kumohon Sunggyu..” aku menatapnya dalam.
Kini ia berhenti menangis.
“orangtuamu
setuju? Dan kau...”
“ya!
ya! ya! aku bersungguh-sungguh! Ayo cepat makan apelnya, chagi! Demi anak
kita..” ujarku sambil mengelus perutnya. Sunggyu tersenyum. Ia menatapi apel
itu.
“Woohyun-ah..
sebenarnya orangtua juga setuju.. “ ujarnya dengan pipi yang merona. Aku begitu
bahagia mendengarnya. kalau begini berarti hubungan kami benar-benar direstui!
“nae..
sekarang makan apel itu”
KRAUKK..
Sunggyu
mengunyah pelan apel segar itu. Tiba-tiba ia terdiam dengan mimik wajah
yang membingungkan.
“kenapa?”
tanyaku cemas.
BRUK!
Sunggyu
tiba-tiba pingsan dan aku panik melihatnya. Tapi, aku teringat dengan kejadian
yang sama seperti ini. Ahh.. ini pasti akting.
Aku
duduk disebelahnya dan memandangi wajah Sunggyu yang pasti sedang pura-pura
pingsan.
“hei..
mau dicium olehku ya..” rayuku sambil meniup-niup poninya. Matanya tampak
bergetar begitu menerima tiupan dariku.
Tanpa
berkata-kata lagi aku segera memulai menciumnya. Yaaa.. pertama-tama aku
menggigit bibir bawahnya dan kemudian aku segera memangut seluruh bibirnya.
Ahh~ aku bisa merasakan Sunggyu terangsang. Ia tersenyum begitu menyadari aku
menciumnya.
“yakk!
Nappeun! Kau pura-pura pingsan lagi” gerutuku kesal.
“haha..
woohyun-ah.. saranghaeyo~” ujarnya segera melingkarkan tangannya dipundakku.
Kami berdua cekikan ditaman sekolah. Dan tentu saja kami melanjutkan ciuman
kami.
Pada
akhirnya.. aku dan Sunggyu benar-benar menikah dan memiliki anak.. dan anak itu
kami beri nama SUNGJONG :D
The end