Arrogant
Snow White 6
Title:
Arrogant Snow White
Author:
Lyeolate
Cast:
Woohyun + Sunggyu (Woogyu Couple) + Hoya + Dongwoo
>>>>>>>>>>>
“Hoya!
Kau berdiri disini dekat dengan kurcaci bukan disitu!” perintah Chorong yang
sibuk mengatur jalannya latihan ini. Kali ini kami harus latihan bersama dan
sengaja berlatih disekolah. Aku mengenakan mahkota dari karton yang aku buat
sendiri dirumah sambil *ehem* bergaya sedikit didepan kamera alias selca.
JEPRET!
Aku
segera membalikkan HP ku untuk mengetahui hasilnya.
“Omo..
ternyata aku cakep, ya” gumanku narsis yang puas dengan hasil selca-ku sendiri.
“ayo
lagi.. lagii..” tiba-tiba Hoya datang dan sudah bersiap untuk di selca bersama
ku.
“hii...
ge-er! Aku tidak mau selca dengan pohon berumur 200 tahun..weee” ledekku sambil
menyingkirkan HP ku dari hadapannya.
“aish,
kau ini! Tua-tua begini tapi aku tetap awet muda! Coba raba wajahku.. huu..
cuman aku satu-satunya pohon berkulit halus didunia” ujar Hoya emosi karena aku
tidak mengajaknya berselca ria bersama.
“wahh..
HP ku low batt.. kkekkekke.. nanti saja ya selcanya” kataku beralasan. Hoya
mengatupkan bibirnya kesal.
Aku
segera menyaku HP ku yang sebenarnya masih full batt. Aku melirik kearah
Sunggyu yang duduk terdiam dibawah papan tulis. Kemudian ia menatap kearahku.
Aku tersenyum kepadanya. Aku senang melihat kalung pemberianku tergantung di
leher mulusnya.
“hari
minggu ini seharusnya aku membuat baju untuk pangeran dan putri.. huufft..
ternyata malah disuruh latihan” keluh salah satu murid yang daritadi gusar
menggambar pola baju diatas mejanya. Aku mengintip sedikit desain bajunya dan
aku cukup kagum dengan desainnya. Wkwwkwkw.. Sunggyu pasti manis sekali memakai
gaun itu.
Sunggyu
bangkit dari duduknya dan kemudian ia keluar kelas. Aku penasaran kemana ia
pergi makanya aku mengikutinya. Ia terus berjalan dan menuruni tangga hingga
sampai keluar gedung sekolah. Ternyata, ia ingin duduk ditaman sekolah dekat
kolam ikan besar. Ia tampak melamun disitu. Aku bisa melihat rambutnya yang
tersibak keras oleh angin dan juga.. air matanya yang jatuh perlahan. Kenapa
dia?
“Sunggyu-ah..
kau kenapa?” tanyaku yang masih menggunakan mahkota karton. Ia terlihat sibuk
menyeka airmatanya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
“sudah
kuduga kau pasti mengikutiku..” jawabnya lirih. Ia belum berani menatap
wajahku, mungkin malu karena air matanya membekas didalam pelipis matanya.
“ada
apa? Apa terjadi sesuatu?” aku berusaha membuatnya nyaman dan ingin tahu apa
yang sebenarnya terjadi.
Ia
mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya dan ia segera menunjukkannya padaku.
sebuah kotak cincin yang didalamnya terdapat sepasang cincin yang sangat
elegan. Aku sangat kagum dengan bentuk cincin emas putih itu.
“aku
dijodohkan oleh Chorong.. kau tahu, kan?” katanya memulai pembicaraan. Aku
mengangguk.
“usaha
kami ditipu dan rugi triliyunan di London. Kami menjual semua yang kami punya
bahkan pakaian dalam kami yang dijahit dari benang emas. Lalu, Kami mendengar
salah satu keluarga bangsawan di korea sedang mencari menantu untuk anak gadisnya.
Maka dari itu kami segera pergi ke korea dan memanipulasi pelamaran ini. Orang
tua ku berbohong pada keluarga Chorong kalau kami masih memiliki harta dan
usaha besar di London. Kami berharap kami bisa mendapatkan kekayaan keluarga
Chorong begitu aku menjadi menantu mereka dan menjabat di perusahaan mereka.
Tapi.. sungguh.. cinta itu bukan konspirasi.. aku tidak mau melakukan hal itu”
ungkap Sunggyu curhat. Aku sedikit terkejut mendengarnya.
“Woohyun-ah..
apa yang harus aku lakukan..?” tanyanya dengan meneteskan satu butir di
pipinya. Aku segera menghapus butiran air mata itu dengan ibu jariku.
Aku
tidak bisa mengeluarkan pendapatku tentang hal ini. Ini adalah urusan
keluarganya dan aku tidak berhak ikut campur. Jujur saja, aku juga merasa
sedih.. aku takut tidak bisa memilikinya.
Sunggyu
meraba jemariku dan memainkan jari manisku seperti waktu itu. Ia menunjukkan
tulisan di balik cincin itu.
NEVER
BE A PART
“ini
adalah ungkapan isi hatiku saat aku menulis kata-kata manis untuk ukiran
tulisan di balik cincin.. ini ungkapan untukmu.. bukan untuk Chorong” jelas
Sunggyu. Ia segera memasang cincin itu perlahan di jari manisku.
“kenapa
bisa pas di jari manisku?” tanyaku bingung. Aku melihat cincin emas putih itu
kini melingkar dengan elegannya dijari manisku.
“saat
aku meraba jari manis Chorong aku sengaja mengendorkan ukurannya agar cocok di
jari manismu.. maka dari itu sampai saat ini aku belum memasangkan ini di jari
manis Chorong dengan alasan cincin itu tidak cukup dijarinya” jawab Sunggyu
yang senang melihat cincin itu melingkar dijari orang yang tepat (?)
“kau..
sengaja melakukan itu?” aku tak habis pikir Sunggyu melakukan itu.
Sunggyu
hanya menangguk. Aku tak kuasa menahan emosi bahagiaku karena ini. Aku segera
mengambil sepasang lagi dari kotak cincin yang Sunggyu pegang. Aku segera
memasangnya di jari manisnya. Sunggyu tampak terkejut melihatku memasang cincin
di jarinya.
“hari
ini.. kita menikah” kataku mantap. Mata Sunggyu berbinar mendengar ucapanku. Ia
segera memelukku erat. Aku bisa merasakan kebahagian meliputi kami berdua. Aku
juga memeluknya dengan erat.
Sunggyu-ah
menikahlah denganku.. aku bersungguh-sungguh..
Aku
pulang dari latihan teater. Aku segera meregangkan tubuhku yang sedari tadi
tegang karena latihan teater. Saat aku hendak berjalan di turunan aku melihat
Chorong yang menjegatku.
“ada
apa?” tanyaku bingung.
“aku
sudah izin ke Jisun-nim kalau aku boleh menukar peran denganmu” sahutnya sambil
bertolak pinggang dihadapanku.
“haha..
tidak bisa! Kita latihan sudah jauh dan aku ogah mengganti peranku! Aku yakin
kau bohong kalau Jisun-nim mengizinkanmu untuk menukar peran!” ketusku sambil
berlalu dari Chorong. Chorong tampak kesal dan ia menarik lenganku.
“kau..!
menjauhlah dari Sunggyu! Dia tunanganku!” seru Chorong mendorong tubuhku. Aish,
apa-apaan ini!
“hah!
Kau pikir Sunggyu mau menikahimu?” tanyaku ketus.
“tentu
saja! Kami sudah melakukan pelamaran!” jawabnya lantang.
“oh ya?
aku tidak melihat cincin melingkar dijarimu” sindirku padanya. chorong segera
menyembunyikan tangannya dibelakang punggungnya.
“dia
kini milikku.. tidak lihatkah kau kalau cincin ini melingkar dijariku?” ujarku
sambil menunjukkan cincin yang melingkar manis dijariku. Wajah Chorong begitu
shock begitu melihat cincin emas putih itu.
“kau!
Darimana kau mendapatkannya? Itu seharusnya punyaku!” teriak Chorong kecewa
sembari berusaha merebut cincin yang kupakai. Aku segera menjauhkan tanganku
darinya.
“tentu
saja dari Sunggyu! Sudah kukatakan kan? dia kini milikku! Buktinya dia memberi
cincin ini” kataku segera pergi meninggalkannya. Chorong terlihat begitu geram
tapi aku tidak begitu mempedulikannya.
Sore
harinya, aku duduk terkulai di sofa sambil memakan cemilan di ruang tv. Kakakku
Dongwoo baru saja datang dan segera merebut cemilan dari tanganku.
“aish!
Jangan dihabiskan!” ketusku sambil merebut cemilanku darinya.
“hah!
Kau ini pelit sekali, berbagi sedikit dengan abangmu apa salahnya?” ujarnya
ngambek.
“kau
juga pelit. Waktu semua pakaian dalamku basah dan belum ada yang kering. Mana
ada kau mau meminjamkan satupun punyamu padaku” kataku mengungkit masalah yang
sudah lalu. Dongwoo-hyung tampak mengedus kesal.
“yyak!
Mana mungkin kita berbagai pakaian dalam dengan adik perempuan..ehh.. maksudku
kau!” seru Dongwoo mencibir kearahku.
“mwo???
Aku ini namja!!! Ishh” aku segera mendorong tubuhnya hingga tersungkur kebawah.
“ahh
dasar kau ini!” gerutu Dongwoo segera bangkit dari jatuhnya.
“hei..
kau tahu rumah besar di dekat supermarket Hibo tidak?” tanyanya padaku. aku
menggeleng dan masih fokus dengan cemilanku.
“sepertinya
yang punya bangsawan atau orang-orang priyai ya? tadi aku lihat rumah besar itu
sangat ramai dan banyak limosin masuk kedalam rumah besar itu.. sedang ada
acara apa ya??” tanya Dongwoo penuh misteri. Aku segera menoleh kearahnya
karena mendengar kata “bangsawan” keluar dari mulutnya.
“yaak??
Rumah besar milik bangsawan??” tanyaku sedikit panik.
“nee..
begitulah.. “ jawabnya singkat.
TRRTTTT
Tiba-tiba
handphone ku bergetar dan aku melihat ada pesan singkat dari Sunggyu.
“Woohyun-ah..
bisa kau ke supermarket HIBO? Cepat temui aku disana”
Aku
terdiam. Aku segera menatapi cincin ini dan segera berlari dengan rusuh keluar.
“Woohyun-ah
aku habiskan ya cemilanmu!!” teriak Dongwoo dari dalam rumah.
Aku
terengah-engah karena begitu lelah berlari sekitar 3 km dari rumahku. Kenapa
tidak pakai taksi atau kendaraan umum lainnya. Ujarku dengan bodoh. Aku segera
berhenti begitu sudah sampai di depan supermarket HIBO. Mana Sunggyu?? Batinku
bertanya-tanya tak karuan.
“Woohyun-ah”
tiba-tiba Sunggyu menarik lenganku dengan sigap. Tubuhku seketika seperti
digeret olehnya.
“ada
apa?” tanyaku cemas. Ia menghentikan langkahnya lalu diam menatapku.
“bisakah
kau kerumahku?” aku mengangguk iya. kemudian, kami pun pergi kerumah Sunggyu.
Aku
segera masuk kedalam rumahnya yang megah itu. Aku begitu terkagum-kagum dengan
desain antik rumahnya yang mewah dan berkelas begitu. ada banyak makanan mewah
terpampang di meja yang didisplay sedemikian cantiknya. Sunggyu terus menarik
tanganku entah ia mau membawaku kemana. Aku sedikit malu karena pakaian ku yang
tidak formal. Begitu banyak orang penting yang terlihat kaya raya diundang ke
rumah Sunggyu. Sebenarnya ada acara apa ini?
“Kim
Sunggyu?? Ah rupanya.. kau disini” tiba-tiba seorang pria paruh baya mengiring
Sunggyu dariku.
“lihatlah..
mertua mu sudah ada disini” kata pria paruh baya itu yang tidak lain adalah
ayah Sunggyu.
“Chorong..
kemarilah” aku melihat Chorong memakai gaun mewah dan menghampiri Sunggyu
dengan malu-malu. Aku bisa melihat wajah Sunggyu yang tidak menyukai ini.
“Apa
itu temanmu?” tanya Ayah Sunggyu yang menyadari keberadaanku. Aku berdiri
dengan canggung sambil menggaruk-garuk kepalaku.
“Woohyun-ah..
kemarilah..” Sunggyu segera menghampiriku dan menarik tanganku. Chorong tampak
terkejut melihat ada aku dirumah Sunggyu.
“Woohyun-ah..
ciumlah aku didepan mereka” bisik Sunggyu. Aku membelalakan mataku. Aku bingung
kenapa ia minta hal bodoh itu.
“mwo??
Kenapa? Ini.. gladi resikmu?” tanyaku mencoba menebak. Sunggyu mengangguk
lemah. “mereka akan segera menikahiku.. bahkan sebelum kami lulus dari sekolah”
bisiknya lagi.
Sendi
lututku tampak lemas dan perutku begitu mual. Aku merasa kecewa mendengar ini.
Aku hanya menggeleng menolak permintaannya.
“mianhae
Sunggyu.. aku tidak bisa ikut campur akan hal ini..” ujarku memegangi
tangannya. Seketika aku meraba jemarinya dan aku tertuju pada cincin yang
melingkar dijarinya. Aku yang telah memakaikannya! Aku juga sudah berani bilang
kalau hari ini kami menikah! Ahh.. ottokae???
“Sunggyu..
“ aku berguman pelan dan menatapnya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan
saat ini.
“Woohyun-ah..
cepat pakaikan cincin ke Chorong..” terdengar isyarat dari Ibu Sunggyu di
belakangku. Aku mendadak pusing karena ternyata aku berada di acara gladi resik
Sunggyu.
“Woohyun..
aku mencintaimu!” seru Sunggyu. Kemudian ia segera melumat bibirku dengan
bibirnya. Aku memejamkan mataku dan masa bodoh dengan keadaan disekiling kami.
Aku memperdalam ciuman Sunggyu dan membiarkan Sunggyu melakukannya lebih
dariku.
“uaahhh...”
Sunggyu terdorong kebelakang saat bibir kami masih menyatu. Ternyata, Ayah
Sunggyu menarik lengan Sunggyu hingga Sunggyu jatuh tersungkur ke bawah.
“Dasar
bodoh! Kau mempermalukan kami??” geram Ayah Sunggyu yang kesal. Ia membantu
Sunggyu berdiri dengan paksa dan menggeretnya ke suatu tempat. Terdengar
orang-orang berbisik-bisik melihat kejadian ini. Aku segera mengejar Ayah
Sunggyu yang entah kemana ia membawanya.
Tapi
tiba-tiba sekelompok petugas keamanan segera menahanku dan menggeretku paksa
keluar dari rumah karena perintah dari Ibu Sunggyu.
“Keluarkan
anak itu dari sini...” ketus Sang ibu Sunggyu sambil memandangku rendah. Aku
hanya menghela nafas karena pasrah ditarik keluar dari rumah Sunggyu.
Sunggyu-ah..
mianhae..
Aku
berdiri diruang belajar dengan perasaan gelisah. Beberapa kali aku mengecek
handphone ku tapi tetap saja tidak ada satu pun tanda-tanda dari Sunggyu.
“Sunggyu..
apa kau baik-baik saja..” kataku cemas. Aku memikirkan tentang gladi resik
Sunggyu tersebut. Bagaimana kalau mereka berdua benar-benar menikah??
Aku
menatap cincin pemberian dari Sunggyu. Aku sedikit terhibur begitu melihatnya.
Mengingat ukiran kata manis dibalik cincin itu membuatku yakin kalau aku akan
terus bersama Sunggyu,,
NEVER
BE A PART
“WOOHYUN..!!”
tiba-tiba terdengar teriakan Dongwoo dari lantai bawah. Aku mengendus kesal
karena disaat-saat yang menegangkan ini Dongwoo-hyung memanggilku. Aku segera
turun dengan malas sambil menggenggam Handphone.
“WAE??”
kataku mengatupkan bibirku.
“nih...”
Dongwoo segera menyodorkan handphone-nya padaku.
“apa
ini...” aku segera meraih handphone-nya dan melihat dilayar handphone itu.
“OMO!!
Kau tidak bilang kalau ada sms ini sejam yang lalu??” kataku emosi.
Tega-teganya Dongwoo tidak bilang kalau ada SMS dari Sunggyu sejam yang lalu??
Aish! Tapi... kenapa Sunggyu mengirim SMS ke handphone-nya??
“mianhae
ya.. aku ganti SIM ku dengan SIM card mu..” ujarnya nyantai.
Aku
segera pergi ke Sekolah tanpa memperdulikan apa-apa lagi. Aku tidak peduli ini
sudah pukul 7 malam dan tetap berharap Sunggyu masih ada disekolah.
Aku
sudah sampai disekolah yang gerbangnya belum ditutup. Mungkin penjaga sekolah
masih mengecek sekeliling sekolah sebelum gerbang sekolah aka ditutup. Aku
berlari dan berusaha menghubungi Sunggyu. Aku celingak-celinguk karena aku
tidak menemukan Sunggyu di sekitar sekolah.
Sreett....
Hembusan
angin menyibak keras rambut namja yang sedang duduk termenung didepan kolam. Ia
tampak melamun dan juga terlihat butiran air mata membasahi pipinya.
Sunggyu..
aku melihatnya lagi dan menemukan dia seperti ini lagi.
“SUNGGYU!”
aku berteriak sambil berlari dan segera memeluk Sunggyu begitu ia menyadari
keberadaanku. Sunggyu tampak mengeratkan pelukan kami. Aku bisa mendengar
deruan tangisannya. Aku terus memelukinya sampai tangisannya benar-benar reda.
“Sunggyu..
semuanya baik-baik saja..?” tanyaku memastikan. Ia menggeleng sambil menyeka
airmatanya. Tubuhnya tampak menggigil karena ia tidak mengenakan mantel. Ia
hanya menggunakan kemeja tipis. Aku bisa melihat kalung Apel itu masih
tergantung di lehernya karena ia membuka beberapa kancing kemejanya.
Aku
segera memakaikan Sunggyu mantelku yang tebal dan kemudian memeluknya. Aku
harap ini sudah cukup untuk menghangatkannya.
“Woohyun-ah..
apa kau pikir tahayul tentang tumbal melempar murid keluar jendela itu benar?”
tanyanya tiba-tiba.
“kenapa
kau bertanya tentang hal itu?? Tentu saja itu hanya tahayul dan itu tidak
benar..” jawabku bingung yang masih memeluknya. Ia menundukkan kepalanya.
“aku
ingin memainkan drama denganmu..” katanya lirih. Aku tersenyum padanya.
“aku
juga.... “
“Woohyun..
bisakah kau membantuku?” tanyanya sambil memandangku.
“tentu
saja.. apa saja yang kau inginkan”
“tolong
panggil Chorong kesini..” pintanya penuh harap.
“untuk
apa kau memanggil dia??” tolakku sedikit keberatan.
“kumohonn..”
ia memohon dengan wajahnya yang lebam karena air mata. Aku tidak tega dan
akhirnya aku menyanggupinya.
Sekitar
12 menit kemudian..
Tampak
Chorong sudah berada didepan sekolah, aku yang menungguinya didepan gerbang
sesuai permintaan Sunggyu hanya mencibir melihat kedatangannya.
“mana
Sunggyu?” tanya Chorong dengan ketusnya.
“kau
disuruh menemuinya di lapangan sekolahku” jawabku yang tidak kalah ketus
darinya.
“huh..”
Chorong segera berlalu dariku sambil membuang pandangannya dariku. Aku tidak peduli
dan tetap akan menunggu Sunggyu sampai selesai dengan urusannya. Sebenarnya,
aku sedikit penasaran dengan rencana Sunggyu. Kenapa dia menyuruhku menunggunya
diluar sekolah dan hanya ingin bicara empat mata dengan Chorong di lapangan
sekolah? Huh.. semoga tidak terjadi apa-apa padanya..
BRUUKK
Terdengar
sangat jelas seperti bunyi barang yang jatuh dari ketinggian. Lalu suara keras
itu disusul oleh teriakan perempuan yang tidak lain adalah suara Chorong.
“KYAAAAAAA~~
SUNGGYU-OPPA” teriak Chorong histeris. Aku segera berlari kesumber suara dan
menemukan sesosok tubuh seseorang yang tak berdaya dan bersimbah darah.
“Sunggyu!”
seruku begitu shock melihat kepala Sunggyu yang terus mengeluarkan darah.
“bagaimana
bisa?? Kau melompat dari lantai 3?? Aish bodoh! Apa kau tidak lihat rumputnya
sudah dipangkas??” aku begitu panik dan berusaha menggendong Woohyun.
Bajuku
basah karena darahnya. Kepalanya bocor dan lukanya cukup lebar. Aku takut ia
kehilangan banyak darah. Ya tuhan.. ia bodoh sekali melompat dari lantai 3 dan
mendarat di permukaan tanah yang keras karena rumputnya yang sudah dipangkas.
Aku
mencoba berlari dan terus berteriak minta tolong sampai aku menemukan kendaraan
umum atau setidaknya bantuan dari orang yang mendengar. Aku meninggalkan
Chorong sendirian di sekolah dan aku sangat-sangat tidak peduli!
“TAKSI!!”
teriakku begitu aku menemukan taksi melaju perlahan melintasi kami. Kemudian
aku segera naik taksi itu bersama Sunggyu. Seperjalanan menuju rumah sakit aku
terus memeluki Sunggyu yang masih berlumuran darah segar mengucur dari luka
dikepalanya. Supir taksi tampak bingung melihat kami berdua yang penuh dengan
darah.
Ya
tuhan.. selamatkan Sunggyu
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar