Senin, 23 April 2012

Arrogant Snow White 6

Annyeong.. chapter depan fanfic Lyeolate onnie udahan hayoo.. siapa yang penasaran ? (yaa elah.. si Kevin ada ada aja masih nanya pertanyaan seperti itu pula.. nggak akan ada Vinn...)


Arrogant Snow White 6


Title: Arrogant Snow White
Author: Lyeolate
Cast: Woohyun + Sunggyu (Woogyu Couple) + Hoya + Dongwoo

>>>>>>>>>>> 


“Hoya! Kau berdiri disini dekat dengan kurcaci bukan disitu!” perintah Chorong yang sibuk mengatur jalannya latihan ini. Kali ini kami harus latihan bersama dan sengaja berlatih disekolah. Aku mengenakan mahkota dari karton yang aku buat sendiri dirumah sambil *ehem* bergaya sedikit didepan kamera alias selca.

JEPRET!

Aku segera membalikkan HP ku untuk mengetahui hasilnya.
“Omo.. ternyata aku cakep, ya” gumanku narsis yang puas dengan hasil selca-ku sendiri.
“ayo lagi.. lagii..” tiba-tiba Hoya datang dan sudah bersiap untuk di selca bersama ku.
“hii... ge-er! Aku tidak mau selca dengan pohon berumur 200 tahun..weee” ledekku sambil menyingkirkan HP ku dari hadapannya.
“aish, kau ini! Tua-tua begini tapi aku tetap awet muda! Coba raba wajahku.. huu.. cuman aku satu-satunya pohon berkulit halus didunia” ujar Hoya emosi karena aku tidak mengajaknya berselca ria bersama.
“wahh.. HP ku low batt.. kkekkekke.. nanti saja ya selcanya” kataku beralasan. Hoya mengatupkan bibirnya kesal.
Aku segera menyaku HP ku yang sebenarnya masih full batt. Aku melirik kearah Sunggyu yang duduk terdiam dibawah papan tulis. Kemudian ia menatap kearahku. Aku tersenyum kepadanya. Aku senang melihat kalung pemberianku tergantung di leher mulusnya.
“hari minggu ini seharusnya aku membuat baju untuk pangeran dan putri.. huufft.. ternyata malah disuruh latihan” keluh salah satu murid yang daritadi gusar menggambar pola baju diatas mejanya. Aku mengintip sedikit desain bajunya dan aku cukup kagum dengan desainnya. Wkwwkwkw.. Sunggyu pasti manis sekali memakai gaun itu.


Sunggyu bangkit dari duduknya dan kemudian ia keluar kelas. Aku penasaran kemana ia pergi makanya aku mengikutinya. Ia terus berjalan dan menuruni tangga hingga sampai keluar gedung sekolah. Ternyata, ia ingin duduk ditaman sekolah dekat kolam ikan besar. Ia tampak melamun disitu. Aku bisa melihat rambutnya yang tersibak keras oleh angin dan juga.. air matanya yang jatuh perlahan. Kenapa dia?
“Sunggyu-ah.. kau kenapa?” tanyaku yang masih menggunakan mahkota karton. Ia terlihat sibuk menyeka airmatanya dan bersikap seolah tak terjadi apa-apa.
“sudah kuduga kau pasti mengikutiku..” jawabnya lirih. Ia belum berani menatap wajahku, mungkin malu karena air matanya membekas didalam pelipis matanya.
“ada apa? Apa terjadi sesuatu?” aku berusaha membuatnya nyaman dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ia mengeluarkan sesuatu dari balik sakunya dan ia segera menunjukkannya padaku. sebuah kotak cincin yang didalamnya terdapat sepasang cincin yang sangat elegan. Aku sangat kagum dengan bentuk cincin emas putih itu.
“aku dijodohkan oleh Chorong.. kau tahu, kan?” katanya memulai pembicaraan. Aku mengangguk.
“usaha kami ditipu dan rugi triliyunan di London. Kami menjual semua yang kami punya bahkan pakaian dalam kami yang dijahit dari benang emas. Lalu, Kami mendengar salah satu keluarga bangsawan di korea sedang mencari menantu untuk anak gadisnya. Maka dari itu kami segera pergi ke korea dan memanipulasi pelamaran ini. Orang tua ku berbohong pada keluarga Chorong kalau kami masih memiliki harta dan usaha besar di London. Kami berharap kami bisa mendapatkan kekayaan keluarga Chorong begitu aku menjadi menantu mereka dan menjabat di perusahaan mereka. Tapi.. sungguh.. cinta itu bukan konspirasi.. aku tidak mau melakukan hal itu” ungkap Sunggyu curhat. Aku sedikit terkejut mendengarnya.
“Woohyun-ah.. apa yang harus aku lakukan..?” tanyanya dengan meneteskan satu butir di pipinya. Aku segera menghapus butiran air mata itu dengan ibu jariku.
Aku tidak bisa mengeluarkan pendapatku tentang hal ini. Ini adalah urusan keluarganya dan aku tidak berhak ikut campur. Jujur saja, aku juga merasa sedih.. aku takut tidak bisa memilikinya.
Sunggyu meraba jemariku dan memainkan jari manisku seperti waktu itu. Ia menunjukkan tulisan di balik cincin itu.


NEVER BE A PART

“ini adalah ungkapan isi hatiku saat aku menulis kata-kata manis untuk ukiran tulisan di balik cincin.. ini ungkapan untukmu.. bukan untuk Chorong” jelas Sunggyu. Ia segera memasang cincin itu perlahan di jari manisku.
“kenapa bisa pas di jari manisku?” tanyaku bingung. Aku melihat cincin emas putih itu kini melingkar dengan elegannya dijari manisku.
“saat aku meraba jari manis Chorong aku sengaja mengendorkan ukurannya agar cocok di jari manismu.. maka dari itu sampai saat ini aku belum memasangkan ini di jari manis Chorong dengan alasan cincin itu tidak cukup dijarinya” jawab Sunggyu yang senang melihat cincin itu melingkar dijari orang yang tepat (?)
“kau.. sengaja melakukan itu?” aku tak habis pikir Sunggyu melakukan itu.
Sunggyu hanya menangguk. Aku tak kuasa menahan emosi bahagiaku karena ini. Aku segera mengambil sepasang lagi dari kotak cincin yang Sunggyu pegang. Aku segera memasangnya di jari manisnya. Sunggyu tampak terkejut melihatku memasang cincin di jarinya.
“hari ini.. kita menikah” kataku mantap. Mata Sunggyu berbinar mendengar ucapanku. Ia segera memelukku erat. Aku bisa merasakan kebahagian meliputi kami berdua. Aku juga memeluknya dengan erat.


Sunggyu-ah menikahlah denganku.. aku bersungguh-sungguh..

Aku pulang dari latihan teater. Aku segera meregangkan tubuhku yang sedari tadi tegang karena latihan teater. Saat aku hendak berjalan di turunan aku melihat Chorong yang menjegatku.
“ada apa?” tanyaku bingung.
“aku sudah izin ke Jisun-nim kalau aku boleh menukar peran denganmu” sahutnya sambil bertolak pinggang dihadapanku.
“haha.. tidak bisa! Kita latihan sudah jauh dan aku ogah mengganti peranku! Aku yakin kau bohong kalau Jisun-nim mengizinkanmu untuk menukar peran!” ketusku sambil berlalu dari Chorong. Chorong tampak kesal dan ia menarik lenganku.
“kau..! menjauhlah dari Sunggyu! Dia tunanganku!” seru Chorong mendorong tubuhku. Aish, apa-apaan ini!
“hah! Kau pikir Sunggyu mau menikahimu?” tanyaku ketus.
“tentu saja! Kami sudah melakukan pelamaran!” jawabnya lantang.
“oh ya? aku tidak melihat cincin melingkar dijarimu” sindirku padanya. chorong segera menyembunyikan tangannya dibelakang punggungnya.
“dia kini milikku.. tidak lihatkah kau kalau cincin ini melingkar dijariku?” ujarku sambil menunjukkan cincin yang melingkar manis dijariku. Wajah Chorong begitu shock begitu melihat cincin emas putih itu.
“kau! Darimana kau mendapatkannya? Itu seharusnya punyaku!” teriak Chorong kecewa sembari berusaha merebut cincin yang kupakai. Aku segera menjauhkan tanganku darinya.
“tentu saja dari Sunggyu! Sudah kukatakan kan? dia kini milikku! Buktinya dia memberi cincin ini” kataku segera pergi meninggalkannya. Chorong terlihat begitu geram tapi aku tidak begitu mempedulikannya.


Sore harinya, aku duduk terkulai di sofa sambil memakan cemilan di ruang tv. Kakakku Dongwoo baru saja datang dan segera merebut cemilan dari tanganku.
“aish! Jangan dihabiskan!” ketusku sambil merebut cemilanku darinya.
“hah! Kau ini pelit sekali, berbagi sedikit dengan abangmu apa salahnya?” ujarnya ngambek.
“kau juga pelit. Waktu semua pakaian dalamku basah dan belum ada yang kering. Mana ada kau mau meminjamkan satupun punyamu padaku” kataku mengungkit masalah yang sudah lalu. Dongwoo-hyung tampak mengedus kesal.
“yyak! Mana mungkin kita berbagai pakaian dalam dengan adik perempuan..ehh.. maksudku kau!” seru Dongwoo mencibir kearahku.
“mwo??? Aku ini namja!!! Ishh” aku segera mendorong tubuhnya hingga tersungkur kebawah.
“ahh dasar kau ini!” gerutu Dongwoo segera bangkit dari jatuhnya.
“hei.. kau tahu rumah besar di dekat supermarket Hibo tidak?” tanyanya padaku. aku menggeleng dan masih fokus dengan cemilanku.
“sepertinya yang punya bangsawan atau orang-orang priyai ya? tadi aku lihat rumah besar itu sangat ramai dan banyak limosin masuk kedalam rumah besar itu.. sedang ada acara apa ya??” tanya Dongwoo penuh misteri. Aku segera menoleh kearahnya karena mendengar kata “bangsawan” keluar dari mulutnya.
“yaak?? Rumah besar milik bangsawan??” tanyaku sedikit panik.
“nee.. begitulah.. “ jawabnya singkat.

TRRTTTT

Tiba-tiba handphone ku bergetar dan aku melihat ada pesan singkat dari Sunggyu.
“Woohyun-ah.. bisa kau ke supermarket HIBO? Cepat temui aku disana”
Aku terdiam. Aku segera menatapi cincin ini dan segera berlari dengan rusuh keluar.
“Woohyun-ah aku habiskan ya cemilanmu!!” teriak Dongwoo dari dalam rumah.
Aku terengah-engah karena begitu lelah berlari sekitar 3 km dari rumahku. Kenapa tidak pakai taksi atau kendaraan umum lainnya. Ujarku dengan bodoh. Aku segera berhenti begitu sudah sampai di depan supermarket HIBO. Mana Sunggyu?? Batinku bertanya-tanya tak karuan.
“Woohyun-ah” tiba-tiba Sunggyu menarik lenganku dengan sigap. Tubuhku seketika seperti digeret olehnya.
“ada apa?” tanyaku cemas. Ia menghentikan langkahnya lalu diam menatapku.
“bisakah kau kerumahku?” aku mengangguk iya. kemudian, kami pun pergi kerumah Sunggyu.


Aku segera masuk kedalam rumahnya yang megah itu. Aku begitu terkagum-kagum dengan desain antik rumahnya yang mewah dan berkelas begitu. ada banyak makanan mewah terpampang di meja yang didisplay sedemikian cantiknya. Sunggyu terus menarik tanganku entah ia mau membawaku kemana. Aku sedikit malu karena pakaian ku yang tidak formal. Begitu banyak orang penting yang terlihat kaya raya diundang ke rumah Sunggyu. Sebenarnya ada acara apa ini?
“Kim Sunggyu?? Ah rupanya.. kau disini” tiba-tiba seorang pria paruh baya mengiring Sunggyu dariku.
“lihatlah.. mertua mu sudah ada disini” kata pria paruh baya itu yang tidak lain adalah ayah Sunggyu.
“Chorong.. kemarilah” aku melihat Chorong memakai gaun mewah dan menghampiri Sunggyu dengan malu-malu. Aku bisa melihat wajah Sunggyu yang tidak menyukai ini.
“Apa itu temanmu?” tanya Ayah Sunggyu yang menyadari keberadaanku. Aku berdiri dengan canggung sambil menggaruk-garuk kepalaku.
“Woohyun-ah.. kemarilah..” Sunggyu segera menghampiriku dan menarik tanganku. Chorong tampak terkejut melihat ada aku dirumah Sunggyu.
“Woohyun-ah.. ciumlah aku didepan mereka” bisik Sunggyu. Aku membelalakan mataku. Aku bingung kenapa ia minta hal bodoh itu.
“mwo?? Kenapa? Ini.. gladi resikmu?” tanyaku mencoba menebak. Sunggyu mengangguk lemah. “mereka akan segera menikahiku.. bahkan sebelum kami lulus dari sekolah” bisiknya lagi.
Sendi lututku tampak lemas dan perutku begitu mual. Aku merasa kecewa mendengar ini. Aku hanya menggeleng menolak permintaannya.
“mianhae Sunggyu.. aku tidak bisa ikut campur akan hal ini..” ujarku memegangi tangannya. Seketika aku meraba jemarinya dan aku tertuju pada cincin yang melingkar dijarinya. Aku yang telah memakaikannya! Aku juga sudah berani bilang kalau hari ini kami menikah! Ahh.. ottokae???

“Sunggyu.. “ aku berguman pelan dan menatapnya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini.
“Woohyun-ah.. cepat pakaikan cincin ke Chorong..” terdengar isyarat dari Ibu Sunggyu di belakangku. Aku mendadak pusing karena ternyata aku berada di acara gladi resik Sunggyu.
“Woohyun.. aku mencintaimu!” seru Sunggyu. Kemudian ia segera melumat bibirku dengan bibirnya. Aku memejamkan mataku dan masa bodoh dengan keadaan disekiling kami. Aku memperdalam ciuman Sunggyu dan membiarkan Sunggyu melakukannya lebih dariku.  
“uaahhh...” Sunggyu terdorong kebelakang saat bibir kami masih menyatu. Ternyata, Ayah Sunggyu menarik lengan Sunggyu hingga Sunggyu jatuh tersungkur ke bawah.
“Dasar bodoh! Kau mempermalukan kami??” geram Ayah Sunggyu yang kesal. Ia membantu Sunggyu berdiri dengan paksa dan menggeretnya ke suatu tempat. Terdengar orang-orang berbisik-bisik melihat kejadian ini. Aku segera mengejar Ayah Sunggyu yang entah kemana ia membawanya.
Tapi tiba-tiba sekelompok petugas keamanan segera menahanku dan menggeretku paksa keluar dari rumah karena perintah dari Ibu Sunggyu.
“Keluarkan anak itu dari sini...” ketus Sang ibu Sunggyu sambil memandangku rendah. Aku hanya menghela nafas karena pasrah ditarik keluar dari rumah Sunggyu.
Sunggyu-ah.. mianhae..

Aku berdiri diruang belajar dengan perasaan gelisah. Beberapa kali aku mengecek handphone  ku tapi tetap saja tidak ada satu pun tanda-tanda dari Sunggyu.
“Sunggyu.. apa kau baik-baik saja..” kataku cemas. Aku memikirkan tentang gladi resik Sunggyu tersebut. Bagaimana kalau mereka berdua benar-benar menikah??
Aku menatap cincin pemberian dari Sunggyu. Aku sedikit terhibur begitu melihatnya. Mengingat ukiran kata manis dibalik cincin itu membuatku yakin kalau aku akan terus bersama Sunggyu,,

NEVER BE A PART

“WOOHYUN..!!” tiba-tiba terdengar teriakan Dongwoo dari lantai bawah. Aku mengendus kesal karena disaat-saat yang menegangkan ini Dongwoo-hyung memanggilku. Aku segera turun dengan malas sambil menggenggam Handphone.
“WAE??” kataku mengatupkan bibirku.
“nih...” Dongwoo segera menyodorkan handphone-nya padaku.
“apa ini...” aku segera meraih handphone-nya dan melihat dilayar handphone itu.
“OMO!! Kau tidak bilang kalau ada sms ini sejam yang lalu??” kataku emosi. Tega-teganya Dongwoo tidak bilang kalau ada SMS dari Sunggyu sejam yang lalu?? Aish! Tapi... kenapa Sunggyu mengirim SMS ke handphone-nya??
“mianhae ya.. aku ganti SIM ku dengan SIM card mu..” ujarnya nyantai.
Aku segera pergi ke Sekolah tanpa memperdulikan apa-apa lagi. Aku tidak peduli ini sudah pukul 7 malam dan tetap berharap Sunggyu masih ada disekolah.
Aku sudah sampai disekolah yang gerbangnya belum ditutup. Mungkin penjaga sekolah masih mengecek sekeliling sekolah sebelum gerbang sekolah aka ditutup. Aku berlari dan berusaha menghubungi Sunggyu. Aku celingak-celinguk karena aku tidak menemukan Sunggyu di sekitar sekolah.

Sreett....

Hembusan angin menyibak keras rambut namja yang sedang duduk termenung didepan kolam. Ia tampak melamun dan juga terlihat butiran air mata membasahi pipinya.
Sunggyu.. aku melihatnya lagi dan menemukan dia seperti ini lagi.
“SUNGGYU!” aku berteriak sambil berlari dan segera memeluk Sunggyu begitu ia menyadari keberadaanku. Sunggyu tampak mengeratkan pelukan kami. Aku bisa mendengar deruan tangisannya. Aku terus memelukinya sampai tangisannya benar-benar reda.
“Sunggyu.. semuanya baik-baik saja..?” tanyaku memastikan. Ia menggeleng sambil menyeka airmatanya. Tubuhnya tampak menggigil karena ia tidak mengenakan mantel. Ia hanya menggunakan kemeja tipis. Aku bisa melihat kalung Apel itu masih tergantung di lehernya karena ia membuka beberapa kancing kemejanya.
Aku segera memakaikan Sunggyu mantelku yang tebal dan kemudian memeluknya. Aku harap ini sudah cukup untuk menghangatkannya.
“Woohyun-ah.. apa kau pikir tahayul tentang tumbal melempar murid keluar jendela itu benar?” tanyanya tiba-tiba.
“kenapa kau bertanya tentang hal itu?? Tentu saja itu hanya tahayul dan itu tidak benar..” jawabku bingung yang masih memeluknya. Ia menundukkan kepalanya.
“aku ingin memainkan drama denganmu..” katanya lirih. Aku tersenyum padanya.
“aku juga.... “
“Woohyun.. bisakah kau membantuku?” tanyanya sambil memandangku.
“tentu saja.. apa saja yang kau inginkan”
“tolong panggil Chorong kesini..” pintanya penuh harap.
“untuk apa kau memanggil dia??” tolakku sedikit keberatan.
“kumohonn..” ia memohon dengan wajahnya yang lebam karena air mata. Aku tidak tega dan akhirnya aku menyanggupinya.






Sekitar 12 menit kemudian..

Tampak Chorong sudah berada didepan sekolah, aku yang menungguinya didepan gerbang sesuai permintaan Sunggyu hanya mencibir melihat kedatangannya.
“mana Sunggyu?” tanya Chorong dengan ketusnya.
“kau disuruh menemuinya di lapangan sekolahku” jawabku yang tidak kalah ketus darinya.
“huh..” Chorong segera berlalu dariku sambil membuang pandangannya dariku. Aku tidak peduli dan tetap akan menunggu Sunggyu sampai selesai dengan urusannya. Sebenarnya, aku sedikit penasaran dengan rencana Sunggyu. Kenapa dia menyuruhku menunggunya diluar sekolah dan hanya ingin bicara empat mata dengan Chorong di lapangan sekolah? Huh.. semoga tidak terjadi apa-apa padanya..

BRUUKK

Terdengar sangat jelas seperti bunyi barang yang jatuh dari ketinggian. Lalu suara keras itu disusul oleh teriakan perempuan yang tidak lain adalah suara Chorong.
“KYAAAAAAA~~ SUNGGYU-OPPA” teriak Chorong histeris. Aku segera berlari kesumber suara dan menemukan sesosok tubuh seseorang yang tak berdaya dan bersimbah darah.
“Sunggyu!” seruku begitu shock melihat kepala Sunggyu yang terus mengeluarkan darah.
“bagaimana bisa?? Kau melompat dari lantai 3?? Aish bodoh! Apa kau tidak lihat rumputnya sudah dipangkas??” aku begitu panik dan berusaha menggendong Woohyun.
Bajuku basah karena darahnya. Kepalanya bocor dan lukanya cukup lebar. Aku takut ia kehilangan banyak darah. Ya tuhan.. ia bodoh sekali melompat dari lantai 3 dan mendarat di permukaan tanah yang keras karena rumputnya yang sudah dipangkas.

Aku mencoba berlari dan terus berteriak minta tolong sampai aku menemukan kendaraan umum atau setidaknya bantuan dari orang yang mendengar. Aku meninggalkan Chorong sendirian di sekolah dan aku sangat-sangat tidak peduli!
“TAKSI!!” teriakku begitu aku menemukan taksi melaju perlahan melintasi kami. Kemudian aku segera naik taksi itu bersama Sunggyu. Seperjalanan menuju rumah sakit aku terus memeluki Sunggyu yang masih berlumuran darah segar mengucur dari luka dikepalanya. Supir taksi tampak bingung melihat kami berdua yang penuh dengan darah.

Ya tuhan.. selamatkan Sunggyu

To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar