Arrogant
Snow White 3
Title:
Arrogant Snow White
Author:
Lyeolate
Cast:
Woohyun + Sunggyu (Woogyu Couple) + Hoya + Dongwoo
++++++++
“apa
kau tidak mau berteman dengan seorang bangsawan? Seharusnya kau bangga..” ujar
Sunggyu memecah keherananku.
“untuk
apa bangga berteman dengan bangsawan sepertimu..” sahutku.
“setidaknya
status kemiskinanmu bisa tertutup”
Mwo?
Dia bicara apa? Status kemiskinanku? Aku celingak celinguk mencari sesuatu
disekitarku yang mungkin bisa aku gunakan untuk melempar anak sombong yang ada
didepanku ini.
“kau
tahu darimana aku miskin? Kalau aku miskin kenapa aku bisa sekolah, hah? Kenapa
aku bisa makan teratur, punya rumah layak, ... aish! Lupakan! Aku muak
denganmu!” aku segera berjalan cepat meninggalkannya. Aku mengelus dadaku
sambil menarik nafas panjang. Sabar Woohyun... sabar.. jangan tonjok wajahnya
dulu.. belum saatnya
Aku
menoleh kebelakang. Aku bisa melihat bayangannya yang masih berjalan
dibelakangku. Aish... ini sungguh canggung. Aku segera mempercepat langkahku
agar jarakku dengannya menjadi LEBIH jauh dari sebelumnya.
Tapi
tebak, dia juga mempercepat langkahnya sepertiku. Aku tak habis pikir dia akan
melakukan hal yang sama denganku.
“HOYA!”
aku segera berlari begitu melihat Hoya ada didepan gerbang seperti biasa untuk
menungguku.
“Woohyun-ah..
sepertinya kau punya penggemar? Hmm..” goda Hoya.
“mwo?
Nuguya??” aku menoleh kebelakang dan aku bisa melihat si pirang Sunggyu tepat
berjalan dibelakangku. Andwee ... bikin risih.
“Ayo
cepat masuk!” Aku segera menarik lengan Hoya memaksanya masuk bersamaku.
Saat di
koridor sekolah aku sudah merasa aman karena aku tidak mencium keberadaan
Sunggyu yang sedikit mengerikan itu.
“kau
berangkat bareng dengannya?” tanya Hoya sedikit terkejut.
“AAHH!!
Tidak! Kita bertemu tidak sengaja waktu menuju ke sekolah! Iihh.. untuk apa aku
berangkat bareng dengannya =,=” jawabku mengelak.
“ehh..
dia ada dibelakang” Hoya menyikut lenganku. Aku tersentak karena ia masih
mengikutiku. Anak ini waras atau tidak sih?
“SIALAN!
BERHENTI MENGIKUTIKU!” teriak ku yang sudah tidak tahan diikuti. Perasaanku
sedang kesal tapi dia bersikap seolah-olah meledekku!
“Apa
maksudmu mengikutimu? Kita dikelas yang sama, kan?” sahutnya bingung. Aku
terdiam... sedikit malu.
“hanya
koridor ini yang membawa kita ke kelas..” ujarnya lagi sambil berlalu
dihadapanku. Aish untuk apa aku memergoknya tadi?
“haha..
dia benar. Kau ini ge-er sekali diikuti putri salju.. ehh maksudku Sunggyu XD”
Ledek Hoya.
“Hoya
.. kau dipihakku atau di pihaknya? “ kataku sambil mengepal tangan dan
menunjukkan ke wajah Hoya. Hoya hanya cekikian sambil menepis kepalanku.
“aku
dipihak pangeran..”
“Stop
Hoya! Jangan panggil aku dengan sebutan konyol itu!” ketusku sambil menjambak
pelan rambut Hoya.
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
>>>
Jam
pelajaran bahasa inggris telah usai. Sekarang adalah jam pelajaran sejarah yang
sangat membosankan sepanjang hidup kami di sekolah ini. Kami terlihat gusar dan
gelisah karena malas belajar pelajaran sejarah.
“hei!
hari ini Jinwoo tidak masuk!” cetus Hoya. Semua segera menengok kebelakang dan
tidak mendapatkan Jinwoo dibangkunya.
“bagaimana
ini?? Apa dia mati?” tanya salah satu dari kami yang sedikit kahwatir.
“tidak
bodoh! Dia izin ke pulang kampung!”
“aishh..
jadikan Sunggyu tumbal!” teriak Changjo. Semua terdiam.
“hah?
Tumbal?” celetuk Sunggyu. Wajahnya tampak berubah derajat menjadi sangat polos
dari sebelumnya.
““Yaa..guru
killer akan masuk pada jam sekarang, dan kalau kita melempar salah satu anak
keluar kelas melalui jendela dia tidak akan datang karena dia percaya dengan
ramalan arwah ganas disekolah ini yang suka melempar manusia sebagai tanda sial
guru itu” jelas Changjo menepuk pundak Sunggyu.
“A..apaaa??”
Sunggyu berdiri dari bangku, dan seketika semua anak mengangkatnya dan
membawanya ke jendela.
“Ja,
jangan!! Aku tidak mau!!”
“tidak
akan sakit, Gyu. Jinwoo sudah sering dibeginikan dan dia masih hidup sampai
sekarang!” jelas salah satu anak itu.
“tidakkk!!
Aku tidak pernah mau dibeginikan!! Hyaaaaa” berontak Sunggyu..
Aku
yang menyaksikannya sedikit tidak setuju dengan tindakan anak-anak ke Sunggyu.
“Hei!
hentikan itu! Ini lantai 3! Bagaimana kalau dia tidak punya nyawa kucing seperti
Jinwoo??” tiba-tiba aku berteriak tanpa aku sadari. Semua anak terdiam termasuk
anak-anak yang mengangkat Sunggyu untuk melempar keluar jendela.
“wah..
wah.. pangeran membela putrinya..” ledek Changjo.
“apa?
Membela? Ini bukan membela! Aku hanya tidak setuju! Kalau dia mati bagaimana?”
“kalau
dia mati berarti kau tidak punya kesempatan menciumnya nanti di drama..
wkwkwkw” kini Hoya ikut meledekku.
“pabo!
Kalian ini kenapa percaya dengan kata-kata guru sejarah itu sih! Dia hanya
memperdaya kita karena sebenarnya dia malas mengajar dikelas! Aish.. aish..”
ungkapku kesal.
“huh..
padahal tadi mengasyikan. Aku ingin lihat bagaimana seorang bangsawan jatuh
dari gedung sekolah yang reot!” kesal Hoya sambil menurunkan Sunggyu. Sunggyu
segera duduk kembali di bangkunya. Wajahnya tampak masih pucat, mungkin karena
ketakutan.
“bangsawan?”
celetuk salah satu murid yang bernama Chorong. Chorong adalah siswi dikelas
yang terkenal karena kematreannya. Aku yakin Sunggyu akan dijadikan targetnya
lagi karena Bangsawan kan ber-uang.
“hei..
aku dengar kelas kita mengadakan drama ya? kemarin aku tidak masuk jadi.. siapa
yang tahu aku dapat peran apa?” tanya Chorong dengan nada sok manisnya.
“entahlah..
sepertinya penyihir..” jawabku ngasal. Chorong tampak mengerucutkan bibirnya.
“latihan
kapan? Date line kita sebulan lagi?” tanya Changjo yang cukup antusias dengan
drama ini entah karena apa.
“sekarang
saja saat sepulang sekolah” saran Hoya.
Aku
memelototi Hoya yang dengan bodoh menyarankan latihan sepulang sekolah. Kita
pulang jam 9 malam mana mungkin bisa sanggup latihan sampai larut malam??
“Hoya..
idemu brilian sekali! Kau mau membunuh kami, hah?” kesal Changjo. Semua anak
menyoraki Hoya. Hoya hanya diam berguman tidak jelas.
“siapa
yang jadi SNOW WHITE?” tanya Chorong lagi
“Kim
Sunggyu” jawabku
Chorong
tampak mengamati Sunggyu. Aku sedikit risih karena Chorong sangat dalam
menatapi Sunggyu. Lalu aku menatap kearah Sunggyu. Sunggyu juga terlihat risih
karena pandangan Chorong.
“hentikan
itu Chorong..” batinku tanpa sadar.
“hei,
Chorong! Aku yang jadi pangeran lohh..” kataku tiba-tiba. Entah kenapa aku
mengucapkan kata-kata ini. Aku terdiam karena sadar dengan apa yang barusan aku
bicarakan. Sunggyu tampak menatapku. Karena canggung aku segera membuang
wajahku darinya.
“ehem!
Woohyun.. semangat sekali! Sepertinya kau benar-benar suka dengan peranmu ya?”
ledek Hoya. Aku mengepalkan tanganku lagi kearah Hoya yang duduk paling depan.
Hoya hanya membalas dengan tawaannya.
“Woohyun..
kau jadi pangeran? Mana bisa? Kalian berdua kan laki-laki?” bingung Chorong.
“memangnya
kenapa?” tanyaku sewot.
“anak-anak
siapkan kertas!” tiba-tiba guru sejarah datang kekelas. Kami semua serentak
kaget karena guru sejarah itu dengan biadab langsung mengadakan ulangan.
“aish!
seharusnya tidak aku larang anak-anak saat mereka mau melempar Sunggyu keluar
dari jendela =,=” gumanku menyesal.
>>>
Akhirnya
sudah jam 9 malam. Kami yang masih terkapar kelelahan dalam kelas segera
menyiapkan diri untuk pulang.
“kasur..
aku rindu padamu..” rintih salah satu anak dikelas yang wajahnya sudah penuh
dengan air suci (you know what I mean).
“Hoya
ayo kita pulang.. ulangan sejarah tadi benar-benar bikin aku mual.. hoeekk”
Hoya
segera bangkit dari bangkunya. Aku juga bisa melihat wajahnya yang lelah.
“SEMUA!
Kita latihan drama dulu.. jangan pulang dulu” tiba-tiba Chorong berteriak
didepan kelas sambil memukul-mukul penghapus di papan tulis.
“Chorong,
coba kau lihat langit diluar sudah berubah jadi warna apa. Kau pikir kami tidak
lelah?" tolakku kesal.
“kami
mau pulang! Kami mau pulang!” semua anak-anak menolak untuk latihan sekarang.
Chorong hanya geleng-geleng kepalanya.
“ini
perintahku! Aku ketua kelas disini” sentak Chorong yang sudah kehilangan
kesabaran.
“baiklah..
baiklah.. kita latihan adegan 1 dulu!” kata Hoya yang sudah kesal. Ia
mengeluarkan lembaran naskahnya dari tas.
“Siapa
yang jadi penyihir?? Ayo adegan pertama ada penyihir alias ibu tiri Snow White
yang sedang bercermin di kaca!” teriak Hoya.
“Hoya!
Lihat matamu sudah merah begitu.. kau mau latihan sekarang?” kataku mengelak.
Hoya hanya mengangguk saja. Aish!
“aku
jadi penyihir..” kata Chorong.
“peran
yang cocok..” gumanku.
“mana
kurcacinya? Mana?” Changjo menambahi ia juga sibuk memegang naskah drama. Ya
ampun, ternyata mereka benar-benar latihan. Semua anak tampak sibuk dengan
perannya masing-masing. Aku yang bengong sambil menggendong tasnya tidak tahu
harus apa. Aku memeriksa naskah drama milik seseorang diatas meja dan aku
membacanya. Ternyata aku hanya muncul di adegan tengah dan terakhir. Adegan terakhir
adalah akhir dari hidupku.. bayangkan saja adegan ciuman harus aku lakukan
dengan Sunggyu. Sunggyu mendekatiku tiba-tiba, aku segera menjaga jarak
darinya.
“kita
latihan berdua..” kata Sunggyu sambil merebut naskah drama yang aku pegang.
“hah?”
aku berusaha menyadarinya kalau aku dan dia hanya ada adegan dimana aku bertemu
dengannya di rumah jamur dan adegan terakhir dimana aku akan (uuhh!)
menciumnya.
“apa
ada masalah? Aku biasanya menolak berkomunikasi dengan orang rendahan” ujarnya
santai.
“aku juga
biasanya menendang pantat orang yang bicara sembarangan” balasku tanpa basa
basi.
“hmmpphh..”
dia tertawa. Aku sedikit terkejut melihatnya tertawa.
“Woohyun..
kalian mau latihan adegan terakhir tidak? Ayolah... mau lah.. ahaha” paksa Hoya
ia tampak menggodaku. Aku segera mendorong tubuhnya.
“Sunggyu!
Kau latihan dirumahku besok! Besok hari minggu kan?” kataku menyarankan. Aku
segera melirik kearah Hoya, mengisyaratkan untuk diam saja. Hoya tampak
memberikan tanda kalau ia akan diam dan tidak mengejekku lagi. Kemudian dia
pergi sambil menahan tawa kecilnya.
“aku
harap rumahmu layak untuk dijadikan tempat latihan bagiku” ujar Sunggyu sambil
balik ke bangku.
“ahaha..
tenang saja, Gyu. Rumahku tidak jauh beda dengan kandang kuda!” kataku kesal.
Ini
sudah hari minggu. Aku masih terkapar dikamarku menunggu kedatangan Sunggyu
untuk latihan privat.
“anak
itu jadi datang tidak sih! Kalau tidak jadi aku mau main dengan Hoya!” kesalku
sambil mengutak-atik handphone.
Aku
segera bangkit dari kasurku dan segera memeriksa keluar jendela. Aku harap
Sunggyu tidak tersesat karena aku sudah merinci alamatku padanya kemarin saat
kami sedang latihan. Aku tidak mau latihan didepan anak-anak sekelas. Bisa-bisa
kita jadi bahan tertawaan selama bulan-bulanan.
“Ahh!!
Sunggyu!” aku segera berlari kebawah karena aku baru saja melihat Sunggyu
sedang celingak-celinguk didepan gerbang rumahku.
“ada
apa, sayang?” tanya Ibuku yang heran melihatku rusuh turun dari tangga.
“temanku
datang.. umma” jawabku sopan.
Aku
segera membuka gerbang rumahku dan aku melihat Sunggyu sudah berdiri
didepan.
“ayo
masuk” kataku. Ia segera masuk dan tampak mengamati rumahku. Sangat aneh
melihatnya memakai jas formal hanya untuk datang ke rumahku.
“ini
rumahmu..?” tanya Sunggyu.
“ya..
dan ingat! Jaga bicaramu didalam rumahku!” jawabku sambil mengingatkannya.
Ibuku
keluar dari dapur dan melihatku membawa teman masuk kedalam rumah.
“teman
Woohyun ya? .. selamat datang” sambut ibuku. Aku tampak kesal melihat Sunggyu
yang hanya diam tidak membalas sambutan dari ibuku.
“hei..
hormatlah dikit.. bangsawan!” ketusku kesal.
“kita
latihan dimana?” tanyanya to the point.
“kamarku
sajalah” jawabku tanpa ragu.
“kita
akan berciuman didalam kamarmu?” tanyanya lagi dengan wajah polos.
“hei!
hei! bicara apa kau?” aku sedikit risih dengan kepolosannya.
“bicara
tentang adegan kita”
Aku
hanya memutar bola mataku. Aku segera berjalan menuju tangga dan Sunggyu
mengikutiku. Deritan tangga sepertinya membuatnya risih. Ya, tanggaku sedikit
lapuk makanya selalu berdenyit jika di injak. Aku dan Sunggyu segera masuk
kedalam kamar dan aku menutup pintu kamarku.
“sebelum
latihan.. siapkan apelnya dulu” kata Sunggyu memerintah.
“aku
sudah siapkan! Ini!” ujarku sambil menyodorkan Apel Fuji padanya.
“apa
kau pernah mendengar SNOW WHITE makan Apel Fuji? Aku ingin Apel Merah
California!” tekas Sunggyu menolak berat Apel Fuji.
“hei!
apa-apaan kau! Aku hanya punya ini dirumah! Anggap saja ini Apel Merah” kataku
kesal.
“tidak
ada yang boleh mengubah-ngubah cerita dongeng! Aku tidak mau latihan kalau kau
tidak mengganti Apel itu menjadi Apel Merah!” ancamnya dengan nada tinggi. aku
menaikkan alis kiriku. Bisa-bisanya dia marah-marah dirumahku??
“kau
menyebalkan! Aku tidak punya cukup uang untuk membeli Apel Merah California!”
sentakku kesal.
Sunggyu
segera mengeluarkan dompetnya. Tampak lembaran-lembaran uang tersusun rapi
didalam dompetnya. Ia segera menyerah uang padaku.
“kembaliannya
buatmu saja”
MWO? Ia
menyuruhku untuk membeli Apel? Aku sangat tidak percaya.
“kau
menyuruh tuan rumah membeli Apel?” tanyaku tak percaya setengah mati. Ia
mengangguk polos,
“ingat..
tamu adalah RAJA” ujarnya denga mimik wajah menyebalkan.
Aku
segera merampas uang yang ia pegang. Dengan amarah yang membara aku segera
turun dari kamar dan pergi ke supermarket. Sepanjang perjalanan aku komat-kamit
tidak jelas mengutuk orang yang bernama Kim Sunggyu itu.
“kenapa
aku mau disuruh dia membeli Apel padahal aku sedang kesal dengannya?? Ishh”
batinku sedikit kesal. Aku segera masuk kedalam supermarket dan membeli
sekantung penuh Apel Merah California.
“Sunggyu
satu saja.. sisanya buatku! Rasakan” kataku senyum kemenangan. Lumayan.. dapet
Apel seger...
Ditengah
perjalanan aku memikirkan sesuatu. Aku teringat dengan kata-katanya kalau tidak
ada yang boleh mengubah cerita dongeng. Aku menatapi Apel merah yang baru saja
aku beli. Aku tersenyum picik memikirkan suatu ide untuk mengerjai Sunggyu.
Akhirnya
sesampai dirumah aku memasukkan satu Apel kedalam air kloset. Memang jorok,
tapi ini demi dia (?). Aku cekikian sendiri karena dia akan makan Apel kloset
california. Setelah cukup puas memasukkan Apel kedalam air kloset
berulang-ulang kali akhirnya aku membawa Apel Kloset itu dengan piring kecil
sebagai alas ke kamarku. Tampak Sunggyu belum merubah posisi duduknya saat
terakhir kali aku meninggalkannya di Supermarket.
“ini
Apelmu..” kataku sinis. Aku meletakkan Apel itu didekatnya.
“baiklah..
Adegannya dimulai saat aku diberi Apel secara gratis oleh nenek-nenek yang
datang ke rumah jamur” ujar Sunggyu sambil bangkit dari duduknya. Aku menahan
tawa karena sebentar lagi aku akan melihatnya makan Apel Kloset California.
Sunggyu sudah memegang dan membawanya ke mulutnya. Uuhiiiii... jorok sekali,
pikirku.
KRAUUK
Bunyi
gigitan Apel membuatku makin mual. Hii... Sunggyu, kau makan Apel Kloset..
uekk!!!
Sunggyu
terdiam. Dia tampak menyadari sesuatu. Aku sudah sedikit kahwatir kalau dia
tahu kalau itu adalah Apel yang dicelupi di air kloset. Aigooo..
BRUAKK!!
Sunggyu
terjatuh dan ia terkapar tak berdaya didalam kamarku. Aku berteriak histeris
melihat kejadian Sunggyu pingsan secara langsung. Tapi aku menyadari kalau ini
sedang latihan dan aku mengira ia sedang berakting.
“jadi..
aku harus bagaimana?” tanyaku padanya yang sudah terkapar dilantai kamarku.
Tidak ada respon sama sekali. Aku sedikit merasa aneh dan aku menghampirinya.
“hoi..
Sunggyu.. kau sedang berakting, kan?” aku mengguncang tubuhnya. Tapi tetap
tidak ada jawaban. Aku segera panik dan kahwatir. mana mungkin? Itu hanya air
kloset! Dia tidak mungkin mati kan?? batinku gelisah.
“Sunggyu!!
Bangun!! Ada apa denganmu!!!??” Aku masih mengguncang tubuhnya dan
menepuk-nepuk pipinya.
Ya
tuhan! Bagaimana ini? Dia belum sadar!
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar